SIRAH NABAWIYAH, BAGIAN 10. Abdullah bin Tsamir dan Peristiwa Ashabul Ukhdud
Assalamu'alaikum Sahabat-sahabat semua, tidak terasa kita sekarang sudah memasuki kisah tentang Peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW,
Pada pembahasan sebelum kita telah membahas tentang Awal Kemunculan Agama Kristen di Najran , Cak Iwa Berharap Sahabat-sahabat semua membaca terlebih dahulu artikel-artikel sebelumnya agar lebih mudah memahami alur kisah-kisah yang akan Cak Iwa Kisahkan selanjutnya.
Walaupun dia mengerti akan hal ini dia sengaja merahasiakannya padanya. Dia berkata: "Wahai sepupuku, kau tidak akan mampu menanggungnya, saya khawatir kau tidak cukup kuat untuk memikul beban ini."
Sementara Tsamir ayah Abdullah tidak mengira anaknya telah melakukan itu, dia hanya menyangka bahwa anaknya telah melakukan sesuatu yang lain dia hanya berpikir bahwa anaknya pergi tukang sihir itu sebagaimana dilakukan oleh anak-anak lainnya. Tatkala Abdullah menyadari bahwa sahabatnya itu (penghuni kemah) merahasiakan ilmu dan dia khawatir dirinya tidak sanggup memikul bebannya, maka dia segera mengumpulkan beberapa tongkat kecil. Lalu dia menuliskan semua nama-nama Allah yang dia ketahui hingga tidak tersisa satu nama pun. Untuk setiap satu tongkat dia tuliskan satu nama Allah tatkala dia telah sempurna dia menyalakan api lalu dia mulai melempar tongkat-tongkat itu satu persatu. Hingga tatkala dia sampai pada Nama Teragung (ismul azham) dia melemparkannya ke dalam api. Tongkat itupun melayang hingga dia keluar dari api itu tapi bekas apapun. Maka dia pun mengambil tongkat itu lalu dia datang menemui sahabatnya dan memberitahukan bahwa dia telah tahu tentang ism al-a'zham yang selama ini dia rahasiakan. Faymiyun berkata: "Apa itu?" Dia berkata: "Dia adalah demikian, demikian! Bagaimana cara engkau mengetahuinya?" Maka diapun memberitahukan tentang apa yang dia lakukan. Faymiyun berkata: "Wahai saudaraku kau telah mendapatkannya, maka jagalah dia atas dirimu saja, walaupun saya pikir engkau tidak akan melakukan itu."
Maka setiap kali Abdullah bin Tsamir memasuki Najran dan dia bertemu dengan seseorang yang sedang sakit, maka dia akan berkata: “wahai hamba Allah, maukah engkau mentauhidkan Allah dan memasuki agama saya dan aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkan penyakit yang engkau derita?"
Orang itu akan menjawab: "Ya!"
Maka dia pun mengesakan Allah dan masuk Islam, lalu dia mendoakan dan sembuh. Sampai-
sampai tidak ada seorang pun yang sakit di Najran kecuali dengan mendatanginya dan sering menelusurinya dan mendoakannya dan orang itu pun sembuh. Hingga akhirnya peristiwa itu dilaporkan kepada raja Najran dan dia pun dipanggil. Raja itu pun berkata: "Kau telah merusak keadaan penduduk negeri ini dan kau telah melakukan perbuatan yang berseberangan dengan agamaku dan agama nenek moyangku, maka aku akan cincang engkau!"
Abdullah bin Tsamir berkata: "Kau tidak akan pernah melakukan hal itu!!"
Ibnu Ishaq berkata: Maka dia pun memerintahkan orang-orangnya untuk membawanya ke sebuah gunung yang panjang kemudian dia dilempar dengan kepala di bawah dan dia pun jatuh ke bumi tapi tidak mengalami luka apapun. Kemudian dia dibawa ke perairan Najran. Sebuah lautan di mana tidak ada sesuatu pun yang jatuh ke dalamnya kecuali akan binasa. Maka dia pun dilempar ke dalamnya. Namun kembali dia keluar dari laut itu dengan selamat.
Tatkala dia berhasil menang atas raja itu, Abdullah bin Tsamir berkata: "Demi Allah sesungguhnya engkau tidak akan pernah sanggup untuk membunuhku hingga engkau mentauhidkan Allah, hendaknya engkau ber- iman dengan apa yang aku imani karena sesungguhnya jika engkau melakukan itu maka engkau akan diberi kemampuan untuk membunuhku."
Ibnu Ishaq berkata: Maka raja itu pun mentauhidkan Allah dan melakukan syahadat sebgaaimana syahadat Abdullah bin Tsamir. Kemudian raja itu memukulnya dengan sebuah tongkat yang ada di tangannya yang kemudian membuatnya terluka dengan luka kecil, dan dia pun terbunuh, kemudian raja itupun meninggal dunia. Peristiwa ini telah membuat penduduk Najran memeluk agama Abdullah bin Tsamir sesuai dengan ajaran Isa bin Maryam yang ada di dalam Injil dan hukumnya. Kemudian terjadi penyimpangan- penyimpangan sebagaimana penyimpangan sebelumnya. Dari sinilah sebenarnya asal usul agama Kristen di Najran. Wallahu a'lam.
Ibnu Ishaq berkata: Inilah apa yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi dan sebagian dari penduduk Najran tentang Abdullah bin Tsamir. Wallahu a'lam di mana yang paling benar adanya.
Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit,yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya,sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (QS. al-Buruj: 4- 8).
Ibnu Hisyam berkata: Al-Ukhdud adalah lubang yang memanjang di bumi seperti parit atau anak sungai dan yang serupa dengannya. Sedangkan plural dari kata ukhdud adalah akhadid. Dzu Rummah berkata yang namanya adalah Ghaylan bin 'Uqbah salah seorang Bani Adi bin Manaf bin Udd bin Thanijah bin Ilyas bin Mudhar.
Dari tanah Irak yang melintang antara po- hon kurma dan padang gersang ada sebuah air ukhdud.
Arti ukhdud dalam bait di atas diartikan sebagai bekas pedang, atau bekas pisau di kulit atau bekas cambuk dan jama'nya adalah akhadid.
Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan bahwa di antara orang dibunuh Dzu Nuwas adalah Abdullah bin
Tsamir, pemimpin dan imam mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Telah berkata kepada saya Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm bahwa sesungguhnya dia telah mendapat kabar bahwa seseorang dari penduduk Najran hidup zaman Umar bin Khattab menggali bekas reruntuhan bangunan-bangunan di Najran untuk sebuah keperluannya. Maka mereka pun mendapatkan Abdullah bin Tsamir berada di bawah reruntuhan itu dalam keadaan sedang duduk sedang meletakkan tangannya pada bekas pukulan di kepalanya, dia sedang kepalanya itu. Dan manakala tangan yang memegangnya itu ditarik maka mengalirlah darah darinya dan tatkala dilepas maka tangan itu kembali pada posisinya semula dan menahan aliran darahnya. Sementara di tangannya tertulis: "Rabbi Allah (Tuhanku adalah Allah)." Maka ditulislah surat kepada Umar mengabarkan tentang peristiwa tersebut. Umar membalas surat mereka dan memerintahkan agar dibiarkan dalam posisi semula. Mereka pun menguburkannya dan mengembalikan dalam posisi semula.
Komentar
Posting Komentar