SIRAH NABAWIYAH, BAGIAN 5. Penguasaan Abu Karib Tubban As'ad Atas Kerajaan Yaman dan Ekspedisinya ke Madinah
Assalamu'alaikum Sahabat-sahabat semua, tidak terasa kita sekarang sudah memasuki kisah tentang Peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW,
Pada pembahasan sebelum kita telah membahas tentang Rabi'ah bin Nashr Raja Yaman dan Kisah Syiq dan Satih si Dukun, Cak Iwa Berharap Sahabat-sahabat semua membaca terlebih dahulu artikel-artikel sebelumnya agar lebih mudah memahami alur kisah-kisah yang akan Cak Iwa Kisahkan selanjutnya.
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rabi'ah bin Nashr meninggal dunia seluruh kerajaan Yaman kembali ke pangkuan Hassan bin Tubban As'ad Abu Karib. Tubban adalah raja terakhir dari Tubba'. Dia adalah. Dia adalah Hassan bin Tubban bin As'ad, bin Abi Karib bin Kuly bin Zaid —Zaid adalah Tubba pertama—bin Amr Dzul Adz'ar bin Abrahah Dzil Manar bin al-Risy. Ibnu Hisyam berkata bahwa namanya adalah Ar-Raisy.
Ibnu Ishaq berkata: Bin Ady bin Shaify bin Saba' al-Ashghar bin Ka'ab —Kahf al- Zhulm— bin Zayd bin Sahl bin Amr bin Qais bin Mu'awiyah bin Jusyam bin Wail bin al- Ghawts bin Qathan bin Arib bin Zuhair bin Ayman bin al-Humaysi' al-Aranjaj—Himyar bin Saba' al-Akbar bin Ya'rub bin Yasyjub bin Qahthan.
Ibnu Hisyam berkata: Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan.
Ibnu Ishaq berkata: Tubban bin As'ad Abu Karib inilah orang yang datang ke Madinah dan membawa lari dua orang rabbi Yahudi ke Yaman. Dia pulalah yang memakmurkan Inilah yang disebutkan dalam sebuah syair tentang dirinya:
Andai ku memiliki keberuntungan nasib lak- sana Abu Karib
Kebaikannya menutup kejehatannya
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala dia datang dari Timur melintasi Madinah dia tidak melakukan kekerasan pada penduduknya di awal perjalanannya. Namun demikian dia meninggalkan salah seorang anaknya di sana yang ternyata kemudian dibunuh oleh penduduk Madinah dengan keji. Maka datang kembali dengan tujuan utama untuk memporak-porandakan Madinah dan membasmi habis penduduknya, menebang pohon-pohon kurma. Maka kabilah al-Anshar pun berkumpul di bawah kepemimpinan 'Amr bin Thalia saudara dari Bani Najjar dan salah seorang dari Bani Amr bin Mabdzul. Nama asli Mabdzul adalah Amir bin Malik bin Najjar. Sedangkan nama asli Najjar adalah Taymullah bin Tsa'kabah bin Amr bin Khazraj bin Haritsah bin Tsa'labah bin Amr bin Amir.
Ibnu
Hisyam berkata: 'Amr bin Thallah ialah 'Amr bin bin Mu'awiyah bin Amr bin Malik
bin bin Najjar, sedangkan Thallah adalah ibunya. Thallah ada anak perempuan
'Amir bin Zuraiq bin Abdi Harits bin Malik bin Ghadhb bin Jusyam bin Khazraj.
Ibnu
Ishaq berkata: Ada seorang lelaki dari Bani Adi yang bernama Ahmar melakukan
tindakan melampaui batas kepada seorang lelaki dari sahabat-sahabat Tubba
tatkala mereka berdiam di tempat itu. Dia pun dibunuh. Sebabnya adalah karena
dia didapatkan pada tandan kurma dan memotongnya, Anhar menusuknya dengan
sabitnya dan membuatnya meninggal seketika itu juga. Dan dia berkata:
"Sesungguhnya kurma itu milik orang yang mengolahnya." Peristiwa ini
semakin membuat Tubba semakin geram pada mereka sehingga kemudian menimbulkan
peperangan. Orang-orang Anshar menekankan bahwa mereka akan bertempur melawan
Tubba' di siang hari namun di malam hari merreka tetap dijadikan sebagai tamu
terhormat. Sikap yang demikian membuat Tubba' mengagumi mereka seraya berkata:
"Sesungguhnya bangsa kami adalah bangsa yang terhormat."
Tatkala
Tubba sibuk berperang melawan mereka tiba-tiba datanglah dua orang pendeta
(rahib) Yahudi Bani Quraizhah menemuinya. Quraizhah dan An-Nadhir dan An-Najjam
dan Amr tak lain adalah Hadal yang merupakan anak keturunan Khazraj bin Sharih
bin Tauamani bin Sabt bin Al-Yasa' bin Sa'ad bin Lawi bin Khair bin Najjam bin
Tanhuma bin Azar bin 'Uzra bin Harun bin Imran bin Yashar bin Qahits bin Lawai
bin Ya'qub. Ya'qub adalah Israel bin Ishaq bin Ibrahim Khalilur Rahman,
Shallalahu "Alaihim. Dua orang pendeta itu adalah seorang yang sangat
mumpuni dalam keilmuannya. Tatkala keduanya mendengar Tubba' akan menghancurkan
Madinah dan penduduknya maka keduanya berkata: "Wahai raja! Janganlah
engkau lakukan itu. Karena sesungguhnya jika engkau tidak menyukainya dan tetap
memaksakan kecuali apa yang engkau kehendaki maka pasti ada yang memberikan
perlindungan padanya dan kami khawatir siksaan segera datang menimpamu!"
Mendengar ucapan kedua pendeta Yahudi itu Tubba berkata: "Kenapa demikian?"
Keduanya
berkata: "Karena Madinah ini akan menjadi tempat hijrah seorang Nabi yang
muncul dari tanah haram dari kalangan Quraisy di akhir zaman. Dia akan menjadi
negeri tempat tinggalnya."
Mendengar
ucapan kedua pendeta ini Tubba' membatalkan rencananya. Dan dia berpendapat
bahwa keduanya memiliki ilmu yang luas. Dia sangat kagum terhadap apa yang
didengarnya dari keduanya. Maka dia¬pun segera meninggalkan Madinah dan dia¬pun
memeluk agama kedua pendeta Yahudi itu.
Khalid bin Abdul Uzza bin Ghaziyah bin Amr bin Abdu Auf bin Gunm bin Malik bin Najjar
dengan
berucap membanggakan ‘Amr bin Thalhah dalam sebuah syair berikut:
Apakah dia telah bangkit atau dia telah menahan kemaluannya
Atau dia telah melepas gairah kenikmatan bio
logisnya
Atau ingatkah kau akan masa mudamu Lalu
kenangan apakah yang masih melekat dari masa muda dan masa itu Sesungguhnya dia
adalah perang yang berkobar
Yang memberikan pengalaman baginya Maka
tanyakanlah pada Imran dan Asad Jika dia datang menyongsong musuh bersama
dengan tibanya pagi Abu Karib dengan pasukan yang besar
Memakai pakaian dengan bau yang tajam
Mereka berkata: Siapakah yang kita serbu Bani
'Auf ataukah Najjar
Target sasaran kita adalah Bani Najjar, mereka
membunuh tentara kita maka kita wajib membalas dendam
Mereka pun berperang dengan menghunus pedang
mereka, kilatan mereka laksana awan yang mencurahkan hujan
Di tengah mereka ada Amr bin Thallah, semoga
Tuhan memanjangkan umurnya di tengah kaumnya
Peminpin yang mengungguli raja-raja barang
siapa yang membidik Amr dia tidak akan punya daya
Orang-orang suku Anshar yang berada di kawasan itu berkeyakinan bahwa kegeraman Tubba' adalah untuk menyerang desa di mana orang-orang Yahudi berada di di antara mereka. Dia hanya menginginkan menghancurkan mereka lalu mereka cegah melakukan pembantaian hingga akhirnya dia pulang. Oleh sebab itulah dia berkata dalam syairnya:
Kegeraman atas dua kabilah yang tinggal di Yatsrib lebih pantas bagi mereka dapatkan siksa hari yang merusak
Ibnu Hisyam berkata: Syair yang ada di bait ini adalah syair yang dibikin-bikin. Karena melarang untuk mengakui keabsahannya.
Ibnu Ishaq berkata: Tubba' dan kaumnya adalah para penyembah berhala, maka dia segera menuju ke Mekkah saat perjalanan pulang menuju Yaman. Tatkala dia berada di antara 'Usfan dan Amaj datanglah sekelompok orang dari keturunan Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad.
Mereka
berkata padanya: "Wahai raja! Maukah tuan kami tunjukkan pada sebuah
baitul maal (kas Negara) yang ditinggalkan raja-raja sebelum ini? Di dalamnya
ada ada mutiara, topaz, ruby, emas dan perak?"
Tubba menjawab: "Tentu saja!"
Mereka berkata: "Sebuah rumah di Mekkah yang disembah oleh penduduknya dan mereka melakukan shalat di tempat itu."
Orang-orang Hudzail melakukan ini semua untuk membinasakannya karena mereka tahu bahwa siapa pun yang bermaksud jahat dari raja-raja maka dia pasti celaka. Tatkala dia yakin atas apa yang dikatakan oleh mereka dia mengutus utusannya untuk menemui dua orang pendeta Yahudi dan dia pun menanyakan tentang masalah ini kepada keduanya. Kedua pendeta itu berkata: "Orang-orang itu tidak menginginkan apapun kecuali kehancuran tuan dan pasukan tuan. Saya tidak tahu ada satu rumah pun di dunia yang Allah jadikan untuk diri-Nya selain rumah itu (Baitul- lah). Jika tuan lakukan apa yang mereka katakan tuan dan orang-orang yang bersama tuan akan binasa!"
Tubba' berkata: "Lalu apa yang mesti saya perbuat saat saya datang ke tempat itu?"
Pendeta itu menjawab: "Lakukan apa di- lakukan oleh orang-orang setempat. Tuan melakukan thawaf, mengagungkannya dan menghormatinya. Cukurlah rambut tuan, rendahkan diri hingga tuan keluar darinya."
Tubba berkata: "Kenapa engkau berdua tidak juga mengunjunginya?"
Mereka berkata: "Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya dia adalah rumah leluhur kami Ibrahim, dan sesungguhnya dia adalah sebagaimana yang telah kami beritahukan padamu. Namun ada penghalang antara dia karena mereka memancangkan berhala- berhala di sekitarnya dan aliran darah yang mereka tumpahkan di sana. Mereka adalah najis dan ahli syirik!" Atau sebagaimana keduanya katakan padanya. Maka dia pun mengerti nasehatnya dan kejujuran ucapannya. Dia pun mendekati suku Hudzail kemudian memotong tangan dan kaki mereka, lalu dia beranjak menuju Mekkah. Setibanya di sana dia melakukan thawaf, menyembelih kurban, mencukur rambut, dan tinggal di Mekkah selama enam hari, sebagaimana disebutkan. Dia berkurban binatang untuk manusia memberikan makan penduduknya, memberi mereka minuman dari madu. Dalam tidurnya dia bermimpi menyelubungkan kiswah (kain penutup) Baitul Haram. Maka dia pun menyelubunginya dengan cabang- cabang kurma yang dirangkai. Kemudian dia diperlihatkan mimpi dalam tidurnya untuk menyelubungi Ka'bah itu dengan selubung yang lebih baik, maka dia pun menyelubunginya dengan kain ma'afir (jenis kain asal Yaman), pada mimpinya yang ketika dia melihat dia diperintahkan untuk menutupinya dengan yang lebih bagus lagi. Maka dia pun menyelubunginya dengan mola' dan washail (kain terbaik berasal dari Yaman). Dengan demikian, menurut anggapan mereka, Tubba' adalah orang pertama yang menutupi Ka'bah dengan kain dan mewasiatkan pada gubernurnya untuk melakukan hal yang sama. Dan mewaniti-wanti mereka agar tidak ada darah, tidak pula bangkai, tidak pula ada darah haidh di sana. Kemudian dia membikin pintu dan kunci Ka'bah.
Subai'ah binti Al-Ahabb bin Zabinah bin Jadzimah bin 'Auf bin Nashr bin Mu'awiyah bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikri- mah bin Khafashah bin Qais bin Ghaylan. Dia berada di bawah pemeliharaan Abdu Manaf bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taym bin Murrah bin bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin bin Kinanah mengatakan sebuah syair kepada anaknya yang bernama Khalid yang menggambarkan agungnya kehormatan Mekkah dan dia melarang anaknya untuk melakukan tindakan-tindakan yang di luar batas, tentang kerendahan hati di hadapannya dan apa yang seharusnya dilakukan untuk anaknya. Syair berbunyi sebagai berikut:
Wahai anakku janganlah engkau menganiaya anak
kecil dan orang tua di Mekkah Jagalah kehormatannya anakku, jangan tipuan
memperdayakanmu
Barang siapa yang berlaku aniaya di Mekkah,dia
akan menelan keburukan
Wahai anakku, dia akan dipukul mukanya dan
kedua tulang pipinya dibakar
Wahai anakku aku telah mengalaminya maka aku
dapatkan orang zalim selalu binasa
Allah menjadikannya aman walaupun tidak ada
istana dibangun di pelatarannya
Allah jaga burung-burungnya dan kambing
liarpun aman di gunung Tsabir
Tubba' telah datang tuk menyerangnya, tapi
malah dia hiasi bangunannya dengan kain dan indah
Tuhanku telah menghinakan kerajaannya se-
hingga diapun memenuhi nazarnya Dia berjalan ke sana dengan kaki telanjang
dengan membawa dua ribu unta Dia juga menghormatinya penghuninya de¬ngan
suguhan daging mahr (unta) Dia suguhkan pada mereka madu nan jernih dan gandum
kwalitas tinggi Pasukan gajah mereka dihancurkan dengan kerikil-kerikil yang
diturunkan Tuhan telah hancurkan kerajaan mereka nan jauh di sana
Baik yang di Persia ataupun di Khazar Maka dengarkanlah jika ia dituturkan pada kalian dan pahamilah Bagaimana akhir dari semua yang terjadi
Ibnu Hisyam berkata: Kata-kata dihentikan pada qafiyahnya. (sajak) dan tidak di'irab (dijelaskan tata bahasanya; subjek, predikat, objek).
Kemudian dia keluar dari kota Mekkah menuju Yaman bersama dengan pasukannya dan dua pendeta Yahudi. Tatkala dia memasuki Yaman maka dia menyeru kaumnya untuk masuk agama baru yang dia telah memasukinya hingga masalahnya bisa diselesaikan dengan menjadikan api yang ada di Ya-man sebagai hakim.
Ibnu Ishaq berkata: Telah menceritakan pada saya Abu Malik bin Tsa'labah bin Abu Malik Al- Qurazhi, dia berkata saya mende- ngar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidillah berkata:
Tatkala Tubba' telah dekat ke negeri Yaman untuk memasukinya maka dia dihadang oleh orang-orang Himyar. Mereka berkata: "Janganlah engkau memasukinya karena engkau telah meninggalkan agama kami." Maka dia pun menyeru mereka untuk memeluk agamanya dengan mengatakan: "Sesungguhnya agamaku itu lebih baik dari agama kalian." Maka mereka pun berkata: "Maka marilah kita selesaikan di depan api!" Dia pun berkata: "Ya!"
Ibnu Ishaq menambahkan: Dalam ke- percayaan orang-orang Yaman, di Yaman terdapat api di mana mereka menyelesaikan perkara yang sedang mereka perselisihkan. Api akan membinasakan orang yang zalim dan membiarkan orang yang dizalimi. Maka kaumnya keluar dengan membawa berhala- berhala mereka dan benda-benda yang biasa mereka jadikan sebagai sesajen. Sedangkan pendeta Yahudi membawa dua mushaf yang digantung di leher mereka. Hingga mereka pun duduk di depan tempat keluarnya api. Maka api pun menyergap mereka. Tatkala api menyerang mereka orang-orang Yaman pun ngeri dan ketakutan. Namun orang-orang yang hadir menyemangatinya dan menyuruh mereka sabar atas serangannya. Mereka pun bersabar hingga api itu pun mengepung mereka dan memakan berhala-berhala itu dan segala benda-benda yang mereka jadikan sebagai sarana ibadah beserta orang-orang yang membawa benda-benda itu dari kaum lelaki Himyar. Sementara itu dua pendeta Yahudi itu
keluar dengan membawa mushaf yang te- tap tergantung di lehernya dan dengan dahi mengucurkan keringat. Sejak saat itu orang- orang Himyar menerima agama raja mereka. Maka sejak saat itu pula agama Yahudi mulai memasuki Yaman.
Ibnu Ishaq berkata: Seorang informan lain menuturkan kepada saya bahwa kedua pendeta itu dan orang-orang yang keluar dari penduduk Himyar mengikuti api dan bermaksud untuk menolaknya. Dan mereka berkata: Barang siapa yang menolaknya maka orang itulah yang paling benar. Maka mendekatlah pada api itu beberapa orang lelaki Himyar dengan membawa berhala-berhala mereka untuk menolak api itu, namun api itu malah mendekati mereka sehingga membuat mereka gentar ketakutan dan mereka tidak berhasil menolaknya. Setelah itu kedua pendeta itupun mendekati keduanya seraya membaca Taurat, api itu pun mundur dari keduanya hingga me-reka berdua berhasil mendorongnya ke tempat awal api itu keluar. Maka setelah itu orang- orang Himyar memeluk agama kedua pendeta tersebut. Wallahu a'lam mana yang benar dari kedua kisah di atas.
Ibnu
Ishaq berkata: Riam adalah sebuah rumah yang sangat mereka agungkan dan mereka
menyembelih hewan korban di sana dan mereka berbicara sesuai dengan petunjuk
yang mereka dapatkan di tempat itu. Kedua pendeta itu berkata kepada Tubba:
"Sesungguhnya itu adalah setan yang sedang mempermainkan mereka. Maka biarkanlah
kami melakukan sesuatu pada rumah ini!"
Tubba berkata: "Terserah kalian berdua mau diapakan rumah Riam itu!"
Maka
keduanya mengeluarkan dari rumah ini —sebagaimana banyak dikatakan orang-orang
Yaman— satu anjing hitam lalu mereka sembelih kemudian mereka berdua
menghancurkan rumah itu. Maka sampai saat ini sisa-sisanya -sebagaimana
dikatakan kepada saya—adalah bercak-bercak bekas darah yang tumpah di atasnya
Itulah kisah tentang Penguasaan Abu Karib Tubban As'ad Atas Kerajaan Yaman dan Ekspedisinya ke Madinah. Selanjutnya Cak Akan menceritakan tentang Pemerintahan Hassan bin Tubban dan Pembunuhan Saudaranya Amr Atasnya pembahasan kisah kita yang akan datang
Sumber : SIRAH NABAWIYAH-IBNU ISHAQ SYARAH & TAHQIQ IBNU HISYAM - Takhrij Hadist Al-Alamah Asy-Syaikh Al-Muhaddist Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Komentar
Posting Komentar